MBTI itu Self Limiting?

Berbicara tentang MBTI, berarti kita berbicara tentang tipe kepribadian manusia, yang dibagi menjadi 16 tipe : ESTP, ENTP, ENTJ, ESTJ, ENFJ, ENFP, ESFJ, ESFP, ISFJ, ISFP, INFJ, INFP, INTJ, INTP, ISTJ, ISTP

MBTI self limiting

Lantas banyak yang bertanya, apakah ini berarti kita mengkotakkan manusia ke dalam 16 tipe? Terus kalau dikatakan tipe feeler, apakah berarti tidak bisa berpikir logis? Atau seorang introvert apakah berarti tidak bisa bersosialisasi dan tampil di publik? Sehingga ketika ditanya apakah kamu introvert atau extrovert, pasti banyak yang menjawab aku bisa keduanya, tergantung sikon. Tidak sedikit pula yang merasa kalau menjawab introvert itu berarti membatasi diri untuk menjadi seorang yang pandai bergaul dan berbicara di depan publik.

Dengan asumsi introvert extrovert yang salah dimengerti ini saja, banyak yang kemudian menyebut, “MBTI itu self limiting, mengkotakkan manusia ke dalam 16 tipe, padahal manusia bisa berkembang”.

Jadi, apakah MBTI ini memang self limiting? Mari kita bahas lebih lanjut.

Sebenarnya MBTI memang bisa jadi self limiting atau membatasi diri sendiri, kalau digunakan dengan cara yang salah, terutama ketika kita menjadikannya itu alasan untuk tidak mau berkembang.

Jadi bisa disalahgunakan, dan juga bisa bermanfaat. Mari kita bedah..

Manfaat MBTI adalah Jika…

  1. Digunakan sebagai cermin, bukan kotak.
    MBTI menggambarkan preferensi, bukan batasan. Misalnya, kalau kamu INFJ, itu artinya kamu cenderung introvert dan intuitif—bukan berarti kamu tidak bisa tampil di depan umum atau tidak boleh mikir logis.
  2. Jadi panduan awal untuk eksplorasi diri.
    Sama seperti peta, MBTI bantu kita tahu titik awal dan arah yang nyaman. Tapi kita tetap bisa (dan sebaiknya) menjelajah di luar zona nyaman itu.
  3. Digunakan untuk memahami, bukan membatasi.
    Misalnya, kalau kamu tipe P yang spontan, bukan berarti kamu tidak bisa belajar jadi lebih terstruktur kalau memang dibutuhkan.

MBTI Bisa Menjadi Self-Limiting Jika…

  1. Dijadikan “label mutlak.”
    “Gue gak bisa kerja tim karena gue INTP.”
    “Gue gak suka ketemu orang karena gue introvert.”
    Ini contoh klasik dari menyalahgunakan MBTI sebagai excuse, bukan tool.
  2. Menjadi alasan untuk tidak berkembang.
    Beberapa orang terjebak di comfort zone dengan dalih “itu bukan gaya gue.” Padahal, growth sering kali terjadi justru ketika kita keluar dari preferensi alami kita.
  3. Menyederhanakan manusia jadi 4 huruf.
    MBTI hanya salah satu dari banyak kerangka kepribadian. Manusia jauh lebih kompleks dari 16 tipe.

Cara Sehat Menggunakan MBTI:

  • Lihat MBTI sebagai alat untuk memahami pola dominan, bukan untuk menentukan masa depan.
  • Pakai MBTI untuk mengidentifikasi kekuatan alami, lalu latih area yang belum dominan jika memang diperlukan.
  • Sadari bahwa terlepas dari kepribadian atau kecenderungan alamiah kita, manusia tentu bisa berkembang selama ada niat. Ibarat punya bakat, tapi gak ada usaha ya gak ada hasil juga. Tapi kalau gak ada bakat, tapi punya usaha lebih untuk melatih sebuah skill tertentu, maka tentu juga akan berhasil.

Refleksi pribadi:

Sebagai INFJ misalnya, aku tahu kecenderunganku adalah mikir panjang, idealis, dan kadang overthinking. Tapi itu bukan berarti aku harus terjebak di sana. Justru dengan sadar pola ini, aku bisa melatih untuk menyadari present moment dan tidak terjebak pada idealisme berlebihan.

Jadi kalau kita tidak mengenal diri kita sendiri, kita tidak akan sadar pola yang terbentuk, kita tidak akan bisa melihat dari POV orang lain yang berbeda dari kita, karena kita tidak aware bahwa memang cara orang melihat dunia itu beda-beda.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top