
MBTI dikembangkan berdasarkan teori Carl Jung tentang fungsi kognitif yang menggambarkan cara seseorang memproses informasi dan mengambil keputusan. Menurut teori ini, tipe MBTI bersifat relatif tetap sepanjang hidup, karena didasarkan pada preferensi bawaan (innate preferences).
Namun, terdapat sejumlah pendapat, penelitian, dan pengamatan yang menunjukkan bahwa hasil tes MBTI seseorang dapat berubah, atau setidaknya bergeser seiring waktu.
Apa Kata Penelitian?
Menurut studi yang dilakukan oleh Myers & Briggs Foundation serta para peneliti psikologi lainnya, secara umum tipe MBTI seseorang stabil, namun hasil pengukuran bisa berubah karena:
- Pengaruh usia dan kematangan.
- Perubahan lingkungan sosial dan tuntutan hidup.
- Perkembangan fungsi kognitif (cognitive maturity).
Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Journal of Career Assessment (Pittenger, 2005) menemukan bahwa:
- Sebagian besar orang (~75-90%) cenderung mendapatkan tipe MBTI yang sama ketika diuji ulang dalam jangka pendek (kurang dari 6 bulan).
- Namun dalam rentang waktu lebih panjang (bertahun-tahun), hanya sekitar 50%–60% orang yang konsisten mendapatkan tipe MBTI yang sama. Ini menunjukkan adanya kemungkinan pergeseran hasil tes.
Kenapa Hasil Tes MBTI Bisa Berubah?
a. Perkembangan Fungsi Kognitif
- Semakin bertambah usia seseorang, fungsi-fungsi yang semula kurang dominan (fungsi inferior atau fungsi ketiga dan keempat) bisa lebih berkembang.
- Misalnya, seorang INFP muda yang sangat dominan dengan fungsi Introverted Feeling (Fi), seiring waktu, bisa lebih mahir menggunakan fungsi Extraverted Thinking (Te) sebagai fungsi inferiornya. Ini bisa menyebabkan hasil tes mereka terlihat lebih seperti INFJ atau INTJ karena jawaban mereka mencerminkan pertumbuhan fungsi kognitif tersebut.
b. Adaptasi Sosial
- Lingkungan kerja atau sosial yang sangat menuntut seseorang bersosialisasi aktif bisa menyebabkan introvert tampak lebih ekstrovert, meskipun preferensi alami mereka tetap introvert.
- Sebaliknya, lingkungan yang penuh tekanan bisa membuat seseorang yang tadinya tampak ekstrovert menjadi lebih menyendiri.
c. Kondisi Psikologis dan Emosional Saat Tes
- Kondisi emosional saat mengikuti tes bisa mempengaruhi hasil. Misalnya, saat sedang stres atau mengalami masalah besar, jawaban seseorang bisa berbeda dibandingkan saat ia tenang.
Apakah yang Berubah Preferensinya atau Hanya Hasil Tesnya?
Yang umumnya terjadi sebenarnya bukan perubahan preferensi yang sesungguhnya, melainkan pergeseran hasil tes akibat kondisi emosional, sosial, dan pertumbuhan fungsi kognitif. Jadi, seseorang mungkin mengembangkan kemampuan lebih dalam fungsi-fungsi lain, tetapi preferensi alamiahnya umumnya tetap stabil.
Sebagai contoh, seorang introvert yang dipaksa bekerja di lingkungan ekstrovert akan belajar bertindak ekstrovert dalam kehidupan sehari-hari, tapi biasanya akan tetap membutuhkan waktu sendiri untuk recharge (tanda preferensi introvert yang tetap).
Kesimpulan
- Secara teori, preferensi MBTI bersifat relatif stabil sepanjang hidup.
- Namun, hasil tes MBTI seseorang bisa berubah, terutama karena:
- Kematangan fungsi kognitif (perkembangan kepribadian)
- Adaptasi sosial atau tuntutan kehidupan
- Kondisi psikologis sesaat saat tes
- Perubahan ini biasanya lebih bersifat adaptif atau sementara, bukan perubahan permanen dari preferensi dasar seseorang.
Rekomendasi Praktis dalam Menggunakan MBTI:
- Tes MBTI lebih baik digunakan sebagai alat pengembangan diri dan refleksi, bukan untuk mengkotak-kotakkan diri secara mutlak.
- Jika seseorang merasa hasil tes berubah dari waktu ke waktu, coba eksplorasi kembali dengan memahami fungsi kognitif daripada hanya fokus pada 4 huruf MBTI-nya.
- Tetap buka diri terhadap kemungkinan perubahan atau pergeseran kecil, karena ini adalah bagian alami dari pertumbuhan psikologis.

